Kabut Asap Pekanbaru Bikin Orang Tua hingga Anak-anak Terserang Demam dan Sesak Nafas


PEKANBARU - Lebih dari satu bulan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti wilayah Kota Pekanbaru, Riau.

Udara yang tidak sehat menyebabkan orang tua dan anak-anak diserang beberapa penyakit.

Elis Masitoh (42) adalah salah satu warga yang terpapar kabut asap. Warga Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan, Pekanbaru, tersebut mengaku sudah seminggu mengalami demam akibat kabut asap.

"Saya sakit udah seminggu. Badan lemas, batuk, demam dan sasak napas. Salah satunya penyebabnya kabut asap, karena udara tidak sehat," ujar Elis, Jumat (6/9/2019).

Menurut dia, kabut asap cukup pekat pada pagi hari di lingkungannya sejak sepekan terakhir. Namun, Elis mengaku jarang memakai masker saat keluar rumah.

"Saya memang jarang pakai masker, karena saya sehari-hari cuma ke warung dekat rumah saja," ujar Elis.

Dia mengatakan, gejala demam berawal badan lemas, kemudian batuk berdahak. Bahkan, Elis mengaku tidak bisa tidur pada malam hari karena sesak napas.

"Setelah ke klinik mulai berkurang. Tapi malamnya panas dan sesak lagi. Jadi akhirnya saya bawa berobat ke rumah sakit," kata Elis.

Tak hanya Elis, dua anaknya, Hafiz (11) dan Fiki (9) juga mengalami demam akibat terpapar kabut asap. Kedua anaknya sempat libur sekolah karena sakit.

"Anak saya yang besar kelas 5 SD demam batuk dan sesak napas. Yang kecil kelas 3 SD, juga demam dan badan panas. Susah tidur juga. Jadi dua hari mereka libur sekolah," kata Elis.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan yang mengeluarkan asap masih terus terjadi di Riau.

Salah satu kebakaran cukup parah di Desa Pulau Gelang, Kecamatan Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).

Komandan Koramil 01/Rengat Kapten Inf Legimin mengatakan, upaya pemadaman masih dilakukan petugas gabungan, TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD dan Masyarakat Peduli Api (MPA).

"Kami dari Koramil 01/Rengat jajaran Kodim 0302/Inhu bergabung dengan BKO satu pleton sudah lima hari berada di lokasi untuk memadamkan titik api karhutla," kata Legimin.

Menurut Legimin, lahan yang terbakar ini merupakan lahan milik masyarakat yang tidak diurus.

Hingga saat ini, luas lahan yang terbakar lebih kurang 85 hektare.

Dia mengaku banyak kesulitan yang dihadapi untuk memadamkan api.

"Kendala di lapangan, cuaca cukup panas, kemudian angin kencang, sehingga asap membuat jarak pandang kurang dari 10 meter," kata Legimin.

Tak hanya itu, menurut Legimin, akses ke lokasi juga sulit dilalui.

"Lokasi yang terbakar ini jauh dari permukiman, dengan akses menggunakan sampan," kata dia.

Legimin mengimbau masyarakat di Kabupaten Inhu maupun di Riau, supaya jangan pernah membakar lahan dalam keadaan apapun.

"Kalau sudah terjadi kebakaran, ini akan berdampak sangat luas," kata Legimin.(kpc)
TERKAIT