Empat Helikopter Padamkan Karhutla Riau, Satu Milik Sinar Mas


Jakarta -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan telah melakukan sejumlah upaya mengurangi terjadinya perluasan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Riau. Salah satunya, pengiriman empat unit helikopter untuk membantu pemadaman.

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Wisnu Widjaja mengatakan BNPB bersama aparat telah mengerahkan upaya waterbombing dan rekayasa cuaca melalui hujan buatan. Dalam operasi udara itu, Wisnu menjelaskan empat unit helikopter telah dikirimkan. Ia juga mengatakan jika masih dibutuhkan nantinya BNPB akan menyediakan helikopter tambahan.

"Helikopter dari TNI ada satu. Dari perusahaan Sinar Mas ada satu. Dari kehutanan ada satu. Dari kami ada satu," kata Wisnu di Graha BNPB, Jakarta pada Kamis (28/2).

Wisnu menjelaskan operasi udara yang dilakukan bertujuan untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses melalui jalur darat. "Operasi udara itu waterbombing, ambil air, kita jatuhkan di tempat-tempat itu karena banyak tempat-tempat yang jauh dari akses itu harus [lewat] jalur udara," ujar Wisnu.

Selain empat helikopter tersebut, Wisnu juga mengatakan pihaknya sedang dalam upaya menyewa helikopter dari luar negeri agar bisa mengangkut muatan yang lebih banyak.

Selain operasi udara, Wisnu menyampaikan terdapat sekitar 500 anggota TNI yang dikerahkan untuk melakukan operasi darat. Operasi ini juga dilengkapi dengan bantuan dari BPBD Riau dan Manggala Agni.

Sementara itu, lanjutnya, upaya memberikan peringatan kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas yang menyebabkan karhutla juga terus dilakukan. Sebelumnya diketahui juga, BNPB telah menyatakan kegiatan masyarakat yang menjadi sumber mata pencaharian merupakan salah satu penyebab karhutla di Riau.

Wisnu menyebut BNPB akan mencari tahu langkah apa yang bisa dilakukan untuk mencari pengganti kegiatan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat.

"Apakah nanti bikin kolam untuk perikanan dan sebagainya. Tapi harus kita tes dulu," ujarnya.

Seperti diketahui, secara keseluruhan Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status siaga darurat karhutla sejak 19 Februari hingga delapan bulan ke depan. Hal itu ditetapkan karena kebakaran lahan gambut terus membara, terutama di daerah pesisir.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, citra satelit pada Kamis sore mendeteksi ada 36 titik panas (hotspot) tersebar di Riau.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan pihaknya bakal memeriksa laporan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Riau. Pihaknya ingin melihat apakah ada penerima konsesi yang lahannya terbakar.

Siti menyatakan bila terdapat lahan konsesi turut terbakar, pihaknya bakal memerintahkan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen Gakkum LHK) untuk menyelidikinya.

"Saya nanti harus cek, ya. Tapi dalam laporan ini pasti ada. Konsesi yang terbakar siapa, di mana, bahkan nama orangnya siapa, dan sebagainya," kata Siti di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/2). (cnn)
TERKAIT